Tak pernah terlewatkan
Seperti
hari-hari yang lalu
dibalik
daun-daun itu
ia
hanya bisa memandangnya,
daun
itu, tentu sudah hafal benar dengan tingkahnya
acapkali
dilihatnya ada rangrang juga di situ,
yang
kadang seperti marah
terganggu
dengan kehadirannya
Kini
di mana gerangan bunga sekuntum itu?
yang
slalu menebar wangi harumnya
yang
membuat mata dan hati slalu tertuju
setiap
waktu, hampir tak pernah paginya dilewatkannya
selalu
ia sempatkan tuk memandangnya
dan
berharap ia tetap mekar dan tersenyum
Kini
di mana gerangan bunga sekuntum itu?
tak
seperti biasa, tak lagi seperti hari-hari lalu
yang
slalu menebar senyumannya
apakah
keberadaannya tlah membuatnya terganggu?
ya,
mungkin juga begitu
Raut muram tergambar di wajahnya
tak
ada maksud hati membuatnya merasa tak nyaman
merasa
bersalah ia…
“Oh,
maafkan aku. Sungguh tak ada maksud hati membuatmu terganggu”, lirihnya.
Saat
itulah rasa bersalah itu terus mengikutinya
ia
pun slalu ragu-ragu, kadang juga gagap
tak
mau ia, pabila sikapnya mengusik bunga sekuntum itu
namun
rasa rindu itu jua, memaksanya
tuk
slalu memandangnya, walau sejenak saja
Kini,
ia hanya mampu memandangnya
dari
kejauhan, di balik daun-daun itu
yang
mulai mengering dan berguguran…
Jakarta,
11 April 2017
Komentar
Posting Komentar